Senin, 02 Mei 2016

Teknologi Bioflok Lahan Ketat, Untung Berlipat

Siapa bilang, budidaya ikan hanya bisa dilakukan di kolam besar. Kini, budidaya ikan dapat dilakukan di lahan ketat (sempit) dengan teknologi bioflok. 


Berlokasi di Jalan Raya Keadilan No.65 Rawa Denok, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Depok, Jawa Barat dapat kita jumpai farm bioflok 165 milik Legisan Sugimin Samtafsir . Pria asal Medan, Sumatera Utara ini sejak tahun 2012 lalu, mulai menggeluti usaha yang menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan di Tanah Air.
 Menurut ceritanya, dulu dirinya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan BUMN selama 13 tahun. Tahun 2003, dirinya meminta pensiun kemudian bergabung dengan perusahaan swasta yang dipimpin oleh Ary Ginanjar (ESQ) selama 10 tahun. Tahun 2012, dirinya meminta izin kepada pimpinan untuk membuat kegiatan (budidaya perikanan), namun motivasinya saat itu bukanlah bisnis, melainkan ingin membantu anak-anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan. “Kalau saya pulang kampung, banyak yang menanyakan pekerjaan. Saya kesusahan merekomendasikan mereka untuk bekerja di mana. Atas dasar ini lah, saya pikir-pikir perlu membuat kegiatan yang dapat menjadi lahan pekerjaan,” ujar Legisan.

“Nah menurut saya, kegiatan atau usaha yang paling mudah untuk dikembangkan adalah perikanan, tidak perlu sekolah tinggi dan ilmu yang banyak. Tapi ternyata, setelah saya jalani, ternyata sangat diperlukan pengetahuan,” terangnya. Dari sini lah, perjuangan Legisan dimulai. Pada saat itu, dirinya nyemplung langsung, membuat kolam. Timnya disekolahkan untuk belajar perikanan, lalu membangun sarana dan prasarana. Tiga bulan berjalan, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Setelahnya, Legisan terus mencari informasi, dan mulai membuat inovasi-inovasi, seperti kolam bundar terpal. “Waktu itu kolam terbuat dari beton dan fiber. Namun beton tidak praktis, sementara fiber harganya mahal.
Akhirnya saya berinovasi menggunakan bilik bambu, besi behel dan terakhir besi wiremesh,” urainya. “Jadi, inovasi kolam bundar terpal pertama itu sebenarnya di sini,” akunya. Legisan mengatakan, pada Desember 2012 ia mulai mengerjakan membuat kolam bundar terpal. Kolam bundar pertama dibuat belum menggunakan besi. Inovasi membuat dengan besi beherl pada Januari 2013 dan besi wiremesh pada Februari 2013. “Jadi untuk membuat kolamnya saja perlu waktu yang cukup lama,” ujarnya.

Teknologi bioflok Setelah membuat banyak kolam bundar terpal, ada informasi lain yang harus ia peroleh untuk budidaya ikan. Banyak informasi yang ia peroleh saat itu, salah satunya dari Suprapto, Pembina FKMP (Forum Komunikasi Mina Pantura) Pekalogan sekaligus pakar bioflok.Dari sini, ada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang harus dipraktekkan. Setelahnya, perlahan pada bulan April 2013 tebar benih dan hasilnya mulai kelihatan bagus. “Dari teknologi bioflok ini, hasilnya mulai terlihat bagus, setelahnya kita bangun atap, bahan-bahan budidaya seperti molase sudah kita gunakan,” terangnya. Nah, lanjut Legisan, akhirnya pada Juni 2013 di-launching-lah teknologi bioflok di sini, hampir 50 kolam. “Banyak yang datang untuk melihat, bahkan dari pemerintah sendiri melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan SK sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP),” ceritanya. Namun, ujar Legisan, inovasi terus-menerus dilakukan, karena faktanya masih banyak kolam yang bau.
“Pontang-panting mencari formula yang pas ternyata tidak mudah, dan ini berlangsung cukup lama hingga Januari 2014. Namun, pertengahan Februari mulai ketemu dan kita praktekkan. Sejak saat itu, kolam-kolam tidak bau, dan produksi terus bagus,” akunya. Untuk teknologi bioflok, lanjut Legisan, ada SOP tersendiri dan berbeda dengan konvensonal. “Kita harus menyiapkan air, treatment air, penyiapan probiotik, molase, kaporit, garam dan lain-lain. Nah untuk kesemua ini, membutuhkan waktu 12 hari. Setelah 12 hari baru bisa dimasukkan ikan ke kolam. Selain itu, pakan harus disiapkan, difermentasi, jika cukup baru bisa diberikan ke ikan. Begitu pula dengan air, aerasinya harus lancar, ditambahkan formula probiotiknya lalu digandakan, diaktivasi terlebih dahulu, sehingga siap menjadi formula sebagai pengurai kotoran ikan,” jelas Legisan.
“Pemberian probiotik diberikan satu kali sehari, di mana dosis disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan dan mengikuti jumlah ikan. Pakan diberikan dua kali sehari yakni rentang waktu dari pukul 8.00 hingga 17.00,” tambahnya. Usaha yang menguntungkan Untuk budidaya percobaan 2 kolam masing-masing 1.000 ekor biaya yang dikeluarkan cukup Rp.5.000.000. “Biaya produksi (benih, pakan, probiotik, molase, dolomit, garam, tenaga kerja) per kg nya dikenakan Rp.14.000. Nah pertanyaannya, berapa harga yang akan kita jual?,” tegasnya. Harga benih Rp.3.000/kg, pakan Rp.9.000/kg, dengan FCR 1,1 (standar). Untuk 2.000 ekor butuh 150 kg, dan biasanya panen mencapai 200 kg. Tapi, menurut Legisan, dengan harga Rp.14.000 tersebut, masih terdapat potensi pendapatan atau pengurangan biaya karena efektifnya teknologi bioflok, yakni sebesar 20%. Terlebih ini baru biaya biasa saja, belum ditambah dengan FCR. “Jadi, semisal 20% dari Rp.14.000 adalah Rp.11.200. Inilah harga pokok produksi sebenarnya,” urainya. Bagaimana dengan harga jual? Legisan mengatakan, lele bioflok dijual kepada para tengkulak Rp.18.000 per kg, harapannya petani bisa untung. “Dalam bisnis itu ada dua yakni harga pokok dan harga jual. Harga pokok harus ditekan supaya murah, sementara harga jual harus dinaikkan supaya tinggi, yang akhirnya mendapatkan keuntungan banyak. Jika harga pokok tidak bisa ditekan, maka harga jual harus dinaikkan supaya ada keuntungan. Namun jika harga pokok sama dengan harga jual, maka kita akan rugi. Nah sekarang, bisakah kita menekan harga pokok? Pembudidaya harus bisa mengefektifkan teknologi bioflok agar mendapatkan potensi 20%. Jika bisa mendapatkan itu, pembudidaya sudah bisa mendapatkan keuntungan Rp.2.800 per kg, ditambah lagi jika bisa mendapatkan harga jual dari tengkulak dari Rp.15.000 ke Rp.18.000, ada penambahan lagi sebesar Rp.3.000. Jadi bisa mendapatkan potensi sebesar Rp.5.800 per kg. Nah jika 200 kg, tinggal dikalikan saja,” ujarnya sembari berhitung. “Dengan penguasaan teknologi, saya yakin teman-teman pembudidaya bisa untung,” jelasnya. Althaf.

Kamis, 28 April 2016

Menara Mendapat Kunjungan Majalah Info Akuakultur

Bulan april lalu, wartawan info akuakultur Resti Setiawati mengunjungi Menara Feedmill dalam rangka meliput kegiatan customer gathering ulang tahun Menara ke-10 dan berkunjung ke pabrik dan customer Menara Feedmill.

Kunjungan wartawan Info Akuakultur disambut oleh jajaran Direksi Menara Feedmill dan para manager. Pada kesempatan acara gathering, wartawan diajak berkenalan dan berdialog dengan para pelanggan. Dengan silaturahmi ini, majalah Info Akuakultur diharapkan menjadi lebih dekat dengan Menara Feedmill dan mengetahui bermacam kegiatan Menara Feedmill dalam mengembangkan usaha.

Info Akuakultur menyambut baik undangan Menara dan berharap kerjasama dapat berlanjut di waktu yang akan datang.

Rabu, 27 April 2016

Eksistensi 10 Tahun MENARA

Siapa yang tak kenal Menara Feedmill, produsen pakan ternama ini sudah berpengalaman hampir 10 tahun menyediakan pakan berkualitas untuk para pembudidaya ikan maupun peternak.

Memiliki pabrik di desa Batokan, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, Jawa Timur, Menara Feedmill yang merupakan nama populer dari Mentari Nusantara Feedmill, sudah dilengkapi dengan mesin pencetak pakan modern. Menara Feedmill mampu memproduksi pakan sebanyak 8 ton/jam, dengan produk unggulan yaitu ALFA, ULTIMAX, OMEGA, DELTA, BETA, POWER, ZIGMA DAN KALIBER.
Menara Feedmill hadir untuk menyediakan pakan ikan bermutu dengan bahan baku berkualitas serta harga yang ekonomis, sehingga bisa menguntungkan para pembudidaya. Memiliki semboyan “Iwake lemu-lemu sing duwe ngguyu-ngguyu“ (ikannya gemuk-gemuk, yang punya ketawa-ketawa) bertekad untuk  “give the best to be the best”. Menara Feedmill adalah produsen pakan ikan pertama di Tulungagung.
Seiring berjalannya waktu, pakan ikan produksi Menara Feedmill semakin dikenal masyarakat, dimana daerah pemasarannya tidak hanya daerah Tulungagung dan sekitarnya, tetapi sudah mulai merambah ke Jawa Tengah dan Kalimantan dan akan mulai dipasarkan ke seluruh Indonesia.
Acara gathering
Sabtu, 12 Maret 2016 Menara Feedmill mengadakan acara gathering yang dikemas dengan tema “Temu Mitra Menara” di Barata Convention Hall, Tulungagung, Jawa Timur.
Acara dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi sekaligus menjaga hubungan baik pihak Menara Feedmill dengan para stakeholder. Sekitar 300 tamu hadir diantaranya  para rekan bisnis sampai pembudidaya yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Foto 1Dianto, Owner Menara Feedmill disela-sela sebelum acara dimulai mengatakan prinsip dari Menara Feedmill adalah Melayani. “Mengumpulkan pembudidaya untuk memberi masukan kepada kami, supaya menguntungkan masyarakat banyak dan sebagai amal ibadah, untung sedikit tapi mereka sejahtera”, ujarnya.


Direktur Utama Menara Feedmill Henry Gunawan dalam sambutannya mengatakan, acaragathering ini memangFoto 2 spesial dipersembahkan Menara Feedmill sebagai bentuk apresiasi terhadap kesetiaan para rekan bisnisnya, yang hampir menginjak usia 10 Tahun.
Lanjut Henry, tujuan dari acara yang diadakan ini adalah sebagai salah satu cara untuk mempererat hubungan antara jajaran direksi dengan para stakeholderserta antara pelanggan dengan supplier. Dengan terselenggaranya acara ini diharapkan agar pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
“Menara Feedmill benar-benar serius dalam menjaga hubungan baik dengan stakeholder. Bagi daerah lain di Pulau Jawa, acara ini akan dilaksanakan di area masing-masing, selain membantu dalam hal pengembangan pakan juga bisa membantu mempererat hubungan jangka panjang”, ungkap Henry.
Wakil Direktur Menara Feedmill Johnny H. Budiman menambahkan, gathering yang diadakan tidak hanya sebagai Foto 3ajang silaturahim namun juga sebagai tempat diskusi, diharapkan dalam diskusi ini akan terjadi komunikasi serta ada respon baik dari para undangan.
“Menara Feedmill akan lebih responship dan menjemput bola dengan memberikan yang terbaik untuk menjadi yang terbaik dengan selalu menjaga kestabilan dan mutu pakan,”tambahnya.
Foto 4Sementara itu General Manager Sales dan Marketing menara Feedmill Denny Setyo Wicaksono mengatakan, ada dua komitmen yang akan dilakukan. Pertama ingin terus mencoba menguasai pasar serta tidak muluk-muluk. Untuk jaringan pemasaran, kami akan terus berjalan sampai ke pelosok-pelosok di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Komitmen yang kedua yaitu pada pola pemasaran, Menara Feedmill akan menjaga produk tetap stabil, dan bahan baku yang berkualitas. “Produk kami dicari karena kualitasnya, survey yang akan membuktikan,” tambah Denny.
Acara kunjungan
Tidak hanya acara costumer gathering, hari berikutnya sebagian peserta dari Jawa Tengah diajak berkunjung ke pembudidaya lele di Kota Tulungagung, untuk melakukan studi banding ke Kelompok Pembudidaya “Mina Jaya”, kolam milik salah satu pelanggan Menara Feedmill, serta ke pabrik pakan Menara Feedmill.
Pada 2015 Tulungagung mendapatkan Juara ke-II sebagai kawasan Minapolitan dengan komoditas lele. Tidak hanya itu, pada tahun yang sama Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Jaya Dusun Karajan Desa Gondosuli Kecamatan Gondang, Tulungagung, Jawa Timur, mendapatkan Rekor Muri sebagai Pecel Lele terbanyak yakni 5000 cuek (cobek-piring dari tanah liat).
Pada saat kunjungan ke pabrik pakan, Dianto mengatakan kepada peserta yang hadir, “walaupun pabriknya berlokasi di kampung tapi Menara Feedmill mempunyai komitmen dalam menjaga mutu pakan”.
Ia melanjutkan, dengan proses produksi yang berjalan secara otomatis dikendalikan dengan sistem komputer yang canggih dan melalui kontrol bahan baku yang ketat, formulasi pakan dengan teknologi terkini, serta pengujian pakan secara laboratorium,  dapat dihasilkan mutu pakan yang berkualitas dan stabil. (Resti Setiawati, majalah Info Akuakultur edisi April 2016)
Apa Kata Mereka
  1. Kadar
Saya budidaya lele di Tulungagung, Jawa Timur, dari tahun 2010 menggunakan pakan ALFA 2 dari Menara Feedmill sejak 2011, hasil yang didapat ikan sehat-sehat, rendemen bagus, ikan yang dipanen banyak, dan lebih menguntungkan. Harapan ke depan lebih bagus lagi mutu pakannya.
2. Marjo
Saya pakai pakan Menara Feedmill sejak 2009, sampai saat ini kualitas baik dan lele yang dibudidayakan di Gondosuli, Jawa Timur, pertumbuhannya bagus dan sehat. Harapan ke depan agar lebih bagus lagi sehingga kita lebih banyak memakai pakan dari Menara Feedmill.
  1. Zaenudin
Saya berasal dari Pati Jawa Tengah, menggunakan ULTIMEX dari Menara Feedmill sejak November 2015, hasil yang didapat lele sehat dan FCR 1,1. Harapan ke depan kualitasnya dipertahankan.***

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 Mentari Nusantara Feedmill. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top